Pernahkah Anda melihat sebuah awan yang tampak seperti wajah manusia, atau sebuah rumah yang terlihat seperti sosok tertentu? Jika iya, itu adalah contoh dari fenomena psikologis yang disebut pareidolia. Fenomena ini sangat umum terjadi, dan banyak orang yang mungkin tanpa disadari pernah mengalaminya.
Apa itu pareidolia? Mengapa fenomena ini bisa terjadi, dan apakah dampaknya terhadap kesehatan mental kita? Artikel ini akan membahas secara rinci tentang pareidolia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
arikel kali ini saya akan membahas fenomena Apa itu Pareidolia Melihat Wajah Orang pada Benda Mati
Apa itu pareidolia
Pareidolia merupakan fenomena psikologis di mana seseorang melihat pola atau bentuk yang familiar, terutama wajah, dalam objek yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan bentuk tersebut.

Ini bisa terjadi pada benda mati seperti awan, batu, rumah, atau bahkan motif pada serangga.
Istilah pareidolia berasal dari bahasa Yunani, yakni para yang berarti 'salah' dan eidolon yang berarti 'gambar'. Fenomena ini mengacu pada kecenderungan otak manusia untuk menafsirkan bentuk acak menjadi bentuk yang dikenal, seperti wajah manusia.
Misalnya, kita sering melihat wajah di awan, atau di pola bercak yang ada di tembok.
Fenomena ini bukanlah gangguan mental, melainkan cara otak kita berfungsi dalam mengolah informasi visual yang datang dari lingkungan sekitar. Dalam beberapa kasus, pareidolia bisa memberikan efek positif, seperti meningkatkan kreativitas.
Namun, pada kondisi tertentu, fenomena ini dapat mengarah pada ketakutan atau kecemasan, terutama jika objek yang terlihat dianggap mengancam.
Di Dalam ilmu kesehatan, fenomena seperti ini terkadang digolongkan ke dalam ilusi visual (keliru menangkap dan mengartikan suatu gambar) atau bahkan halusinasi visual (seolah-olah melihat wajah, padahal tidak ada apa-apa).
Penyebab terjadinya pareidolia
Karena ini bukan termasuk gangguan, maka semua bisa mengalaminya. Waktu dan tempatnya tak terbatas.

Sebagai Contoh : seseorang percaya bahwa ada dinosaurus pernah ada di wilayah. Ketika ada bebatuan besar yang bentuknya mirip seperti binatang tersebut, ia menganggap bahwa batu itu adalah dinosaurus yang membatu karena termakan usia. Jadi, menurutnya, apa yang diyakini selama ini benar adanya.
Pareidolia bisa jadi tanda penyakit
Nyatanya Pareidolia dapat menjadi salah satu gejala penyakit, terutama yang berhubungan dengan sistem saraf pusat.

Kondisi ini mungkin perlu diwaspadai apabila kamu mengalaminya secara berulang.
Pareidolia sebagai Mekanisme Bertahan Hidup
Ahli kosmologi Carl Sagan dalam bukunya The Demon-Haunted World – Science as a Candle in the Dark mengungkapkan bahwa pareidolia adalah suatu bentuk insting bertahan hidup. Dengan melihat wajah atau bentuk manusia dalam objek yang tidak jelas, kita bisa lebih cepat memutuskan apakah objek tersebut aman atau berbahaya.
Ini adalah salah satu cara otak manusia untuk memproses informasi secara cepat dalam situasi yang memerlukan penilaian cepat.
Menurut Sagan, kemampuan ini kemungkinan berkembang sebagai cara untuk membedakan teman atau lawan di masa lalu, di mana mengidentifikasi wajah atau ekspresi bisa jadi menentukan apakah seseorang bisa dipercaya atau tidak. Fenomena ini juga menunjukkan bagaimana otak manusia selalu mencari pola yang familiar sebagai bentuk perlindungan diri.
Pareidolia dalam Seni dan Kreativitas
Menariknya, fenomena pareidolia sering kali berhubungan dengan kreativitas, khususnya dalam dunia seni. Leonardo da Vinci, pelukis dan ilmuwan terkenal, berpendapat bahwa pareidolia adalah bagian dari proses kreatif.
Salah satu pelukis terkenal di dunia, Leonardo da Vinci, sering melihat wajah atau bentuk dalam objek atau pola acak sebagai inspirasi untuk karya mereka. Misalnya, seorang seniman mungkin melihat sebuah batu yang bentuknya menyerupai wajah, dan dari sana muncul ide untuk menciptakan lukisan atau patung dengan bentuk serupa.
Pareidolia dan Kondisi Emosional
Beberapa penelitian juga mengaitkan pareidolia dengan kondisi emosional seseorang. Sebuah studi yang dipublikasikan oleh Association for the Scientific Study of Consciousness menunjukkan bahwa pareidolia bisa lebih sering dialami oleh orang yang sedang berada dalam kondisi emosional tertentu, seperti kecemasan atau stres.
Fenomena ini bisa menjadi lebih intens pada individu yang memiliki kecenderungan neurotik, yakni individu yang lebih sensitif terhadap stres dan kecemasan.
Seseorang yang sering melihat wajah atau bentuk manusia pada objek mati mungkin sedang berada dalam kondisi emosional yang tidak stabil. Ini bisa menunjukkan adanya kecemasan atau rasa tertekan yang lebih dalam.
Adakah Dampak Buruk dari Pareidolia?
Secara umum, pareidolia bukanlah kondisi yang membahayakan atau memerlukan penanganan medis. Namun, jika seseorang mulai merasa cemas atau takut terhadap pola atau objek yang terlihat sebagai wajah atau makhluk hidup, itu bisa menandakan adanya masalah kesehatan mental yang lebih serius.
Psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog, mengatakan bahwa jika seseorang mulai menganggap objek-objek tersebut sebagai ancaman atau merasa dihantui, maka ini bisa berbahaya.
Jika fenomena ini mulai mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan ketakutan yang berlebihan, sebaiknya berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Dalam beberapa kasus, fenomena ini bisa berhubungan dengan gangguan mental yang lebih serius, seperti skizofrenia, apabila seseorang mulai kehilangan kontak dengan kenyataan.
Apakah Pareidolia Membutuhkan Penanganan Medis?
Fenomena pareidolia pada dasarnya tidak memerlukan pengobatan khusus, kecuali jika sudah mengarah pada gangguan mental yang lebih serius.
Jika Anda atau orang yang Anda kenal mengalami halusinasi visual atau merasa terganggu dengan objek yang tampaknya menyerupai wajah atau makhluk hidup, segera konsultasikan dengan seorang profesional kesehatan mental.
Terapi kognitif atau terapi perilaku dapat membantu individu mengatasi kecemasan dan perasaan takut yang muncul akibat pareidolia.
Kesimpulan
Pareidolia adalah fenomena psikologis yang menunjukkan betapa otak manusia cenderung mencari pola atau bentuk yang familiar dalam objek yang acak. Fenomena ini tidak berbahaya jika dialami sesekali, tetapi jika mulai mengganggu kehidupan atau menyebabkan kecemasan, perlu penanganan lebih lanjut.
Meskipun sering dianggap sebagai sesuatu yang berhubungan dengan mitos atau kepercayaan mistis, pareidolia adalah bagian dari mekanisme bertahan hidup manusia yang telah ada sejak zaman purba.
Semoga artikel ini memberi wawasan yang lebih jelas tentang pareidolia dan dampaknya terhadap kehidupan kita. Jika Anda merasa terganggu dengan pengalaman ini, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional.
semoga artikel Apa itu Pareidolia ini bisa mermanfaat
Sumber Referensi:
- Productivitygame
- Cell Press Journal (2017)
- Carl Sagan, The Demon-Haunted World
- Association for the Scientific Study of Consciousness

